menjelaskan arti guritan yang berdasarkan perbedaannya dengan tembang macapat
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban FlorentinoFernando24
Macapat adalah merupakan puisi tradisional, yaitu puisi yang ikatan kebahasaannya sangat ketat yang berupa aturan tentang jumlah baris tiap bait(guru gatra),aturan tentang jumlah suku kata tiap baris(guru wilangan), atruan tentan bunyi vocal di akhir baris(guru lagu),persajakan(purwakanthi), sifat atau watak lagu(watak). Sedangkan Guritan adalah puisi jawa jawa modern yang sudah tidak menggunakan ikatan-ikatan seperti halnya macapat, dan di tulis seperti halnya puisi dalam sastra Indonesia.Antara macapat dan guritan mempunyai persamaan dan perbedaan sebagai berikut:
Persamaannya :kedua-duanya sama merupakan puisi Jawa
Perbedaanya :
Macapat merupakan puisi Jawa tradisional yang terikat dengan aturan kebahasaan yang sangat ketat seperti jumlah baris,jumlah suku kata,dan aturan bunyi vocal, persajakan. Adapun guritan merupakan puisi Jawa Modern, tidak terikat dengan aturan kebahasaan yang sangat dan di tulis biasanya dalam sastra Indonesia.
Suparta Broto, Suripan Sadi Hotama, Djayus PeteAhmad Zaenuri, Aming Aminoeddin, Ogeng Heru Supono, Suparno,, Muhammad Sholikin, basir Noerdian, Toeti Soedarti Soebiono, Lemon Machali, Karni.Antara guritan dan cerkak mempunyai perbedaan, adapun perbedaannya adalah :
Guritan adalah merupakan puisi Jawa modern yang tidak terikat aturan kebahasaan yang ketat, sedangkan cerkak adalah cerita pendek berbahasa jawa yang tidak ada aturan kebahasaan yang ketat, dan bahasanya itu sesuai dengan keinginan penulisnya agar terlihat lebih kelihatan indah, selain itu cerkak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :a. Tema, yang merupakan unsure utama dalam cerkak
b. Tokoh/ pelaku
c. Watak, sifat yang dimiliki tokoh/pelaku
d. Alur cerita/urut-urutan cerita
e. Latar/ baik tempat maupun waktu
f. Sudut pandang
g. Gaya bahasa
h. Pesan atau amanat
Penulis kumpulan guritan gagrag anyar “MOH” adalah Tengsoe Tjahjono, Herry Lamongan, Aming Aminoedhin.Pandhadharan
oleh : Tengsoe Tjahjono
Urip sejatine palagan pandhadharan
Owah gingsire nantang kesetiaanmu
Mring gusti kang nyipto angkasa
Iwak sing lumban ing blumbang kulon omah
ora perlu mlayu sipat kuping
Nalika musuh ngoyak kanthi curiga lancip eri
Sebab keyakinan marang pangeran
Kudune dadi temeng ing madyane marga sing kok pecaki
Tatu arang kranjang dudu cutheling crita
Sebab urip tansah ana babagan-babagan abang – ijo
Uga suwaara kanthi paugeran werna-werna
mula, jumangkaha, jumangkaha
Urip sejatine palagan pandhadharan
Lulus atawa ora gumantung marang sregepe sinau
maca tanda – tanda godhong
ing pang – pang sembojo