B. Indonesia

Pertanyaan

menjelaskan arti guritan yang berdasarkan perbedaannya dengan tembang macapat

1 Jawaban

  • Macapat adalah merupakan puisi tradisional, yaitu puisi yang ikatan kebahasaannya sangat ketat yang berupa aturan tentang jumlah baris tiap bait(guru gatra),aturan tentang jumlah suku kata tiap baris(guru wilangan), atruan tentan bunyi vocal di akhir baris(guru lagu),persajakan(purwakanthi), sifat atau watak lagu(watak). Sedangkan Guritan adalah puisi jawa jawa modern yang sudah tidak menggunakan ikatan-ikatan seperti halnya macapat, dan di tulis seperti halnya puisi dalam sastra Indonesia.

                Antara macapat dan guritan mempunyai persamaan dan perbedaan sebagai berikut:
    Persamaannya :

    kedua-duanya sama merupakan puisi Jawa

    Perbedaanya :

                Macapat merupakan puisi Jawa tradisional yang terikat dengan aturan kebahasaan yang sangat ketat seperti jumlah baris,jumlah suku kata,dan aturan bunyi vocal, persajakan. Adapun guritan merupakan puisi Jawa Modern, tidak terikat dengan aturan kebahasaan yang sangat dan di tulis biasanya dalam sastra Indonesia.

    Suparta Broto, Suripan Sadi Hotama, Djayus PeteAhmad Zaenuri, Aming Aminoeddin, Ogeng Heru Supono, Suparno,, Muhammad Sholikin, basir Noerdian, Toeti Soedarti Soebiono, Lemon Machali, Karni.Antara guritan dan cerkak mempunyai perbedaan, adapun perbedaannya adalah :
    Guritan adalah merupakan puisi Jawa modern yang tidak terikat aturan kebahasaan yang ketat, sedangkan cerkak adalah cerita pendek berbahasa jawa yang tidak ada aturan kebahasaan yang ketat, dan bahasanya itu sesuai dengan keinginan penulisnya agar terlihat lebih kelihatan indah, selain itu cerkak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

    a. Tema, yang merupakan unsure utama dalam cerkak

    b. Tokoh/ pelaku

    c. Watak, sifat yang dimiliki tokoh/pelaku

    d. Alur cerita/urut-urutan cerita

    e. Latar/ baik tempat maupun waktu

    f. Sudut pandang

    g. Gaya bahasa

    h. Pesan atau amanat

    Penulis kumpulan guritan gagrag anyar “MOH” adalah Tengsoe Tjahjono, Herry Lamongan, Aming Aminoedhin.

    Pandhadharan

    oleh : Tengsoe Tjahjono

     Urip sejatine palagan pandhadharan

    Owah gingsire nantang kesetiaanmu

    Mring gusti kang nyipto angkasa

    Iwak sing lumban ing blumbang kulon omah

     ora perlu mlayu sipat kuping

    Nalika musuh ngoyak kanthi curiga lancip eri

    Sebab keyakinan marang pangeran

    Kudune dadi temeng ing madyane marga sing kok pecaki

     Tatu arang kranjang dudu cutheling crita

    Sebab urip tansah ana babagan-babagan abang – ijo

    Uga suwaara kanthi paugeran werna-werna

    mula, jumangkaha, jumangkaha

     Urip sejatine palagan pandhadharan

    Lulus atawa ora gumantung marang sregepe sinau

    maca tanda – tanda godhong

    ing pang – pang sembojo

Pertanyaan Lainnya